Sering Merasa Frustrasi? Ini Cara Mengatasinya

Frustrasi adalah jenis kemarahan tertentu yang diperkirakan muncul ketika kita tidak mendapatkan imbalan atau hasil yang kita harapkan, dan kita menganggap situasi tersebut tidak adil atau di luar kendali kita. Frustrasi adalah respons terhadap segala jenis stres yang bisa bersifat fisik atau psikologis, hambatan, harapan atau kemunduran yang tidak terpenuhi; yang bisa disebabkan oleh hari kerja yang panjang, kejadian tak terduga, tenggat waktu yang tidak direncanakan, dll. Dalam kasus kondisi jangka panjang, frustrasi dapat berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik seseorang yang menyebabkan kemarahan yang tidak terkendali, peningkatan tingkat stres, penurunan motivasi dan keputusasaan.

Penyebab Frustrasi

Kebutuhan, keinginan, tujuan, harapan, dan tindakan tiap orang berbeda-beda. Hal-hal tertentu mungkin membuat orang frustasi sedangkan bagi orang lain tidak demikian. Salah satu sebabnya yang membuat orang frustasi adalah rintangan fisik, pribadi dan sosial. Beberapa penyebab frustasi adalah:

  • The physical environmental, yaitu sumber penyebab frustasi yang berasal dari lingkungan atau alam.

  • The biological limitation, yaitu sumber penyebab frustasi yang berasal dari keterbatasan biologis individu sendiri

  • Psychological complexity, yaitu sumber penyebab frustasi yang berasal dari suasana psikologis dalam diri individu yang kompleks dan mungkin bertentangan akibat adanya ketidaksesuaian lingkungan psikologis dengan kebutuhan dan tuntutan.

  • The social environmental, yaitu sumber penyebab frustasi yang berasal dari lingkungan yang menyebabkan individu mengalami frustasi dalam bertingkah laku sosial, seperti adanya norma-norma sosial. 

Bagaimana cara menghadapi frustrasi?

1. Menjadi cerdas secara emosional

Kecerdasan emosional (EI) adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memanfaatkan dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain. Memiliki EI yang tinggi berkontribusi terhadap cara seseorang menghadapi rasa frustrasi, hal ini dapat membantu kita memberikan respons yang lebih tepat terhadap tindakan dan keadaan orang yang dapat memicu rasa frustrasi.

2. Mengurangi ekspektasi

Mengurangi ekspektasi terhadap keputusan yang dibuat oleh orang lain yang berada di luar kendali diperlukan untuk menghindari kemarahan dan frustrasi terus-menerus, meskipun kita mungkin tidak memiliki kendali atas tindakan orang lain, kita yang menentukan cara kita bereaksi terhadap tindakan tersebut dan bagaimana kita membiarkannya memengaruhi diri kita.

3. Bersikaplah optimis

Kompleksitas suatu situasi atau pekerjaan bergantung pada pandangan dan pola pikir kita. Rasa frustrasi juga bisa berasal dari sudut pandang negatif, yaitu kita melihat tantangan berada di luar kendali kita. Belajar melihat tantangan dari sudut pandang pembelajaran dan perkembangan yang lebih cerah daripada apa yang telah dicapai dapat membantu menghilangkan rasa frustrasi di tempat kerja atau proyek dan membantu kita membangun ketahanan yang mengurangi efek stres.

4. Latihan relaksasi: Bernapaslah!

Tindakan pertama ini adalah pereda stres alami. Karena sebagian besar perasaan frustrasi disebabkan oleh stres atau kewalahan, mencoba latihan pernapasan akan sangat baik untuk memasok oksigen ke otak, membantu menjernihkan pikiran, dan membuat kita tetap tenang. Saat pikiran kita berada dalam kabut kekacauan, tarik napas dalam-dalam dan lepaskan perlahan. Kita juga bisa berlatih meditasi atau yoga yang membantu menjernihkan pikiran dan melepaskan ketegangan yang menumpuk.

5. Melarikan diri sejenak

Melarikan diri sejenak untuk meninggalkan lingkungan di sekitar rasa frustrasi, sering kali kita ingin mencari solusi untuk mengatasi penyebab rasa frustrasi tersebut, meskipun hal ini tidak buruk, tetapi melarikan diri sebentar adalah pilihan yang lebih baik. Tetapi ingat bahwa hanya sebentar saja, kita tetap harus kembali untuk menyelesaikan hal tersebut.

6. Beristirahatlah

Istirahat adalah cara sempurna lainnya untuk mengelola frustrasi. Beristirahat di sela-sela pekerjaan adalah cara terbaik untuk melakukannya. Saat mengerjakan tugas jangka pendek atau panjang, delegasikan waktu untuk pulang kerja dan lakukan sesuatu yang lebih ceria untuk memberikan dorongan yang dibutuhkan pikiran.

7. Membangun Resilience 

Resilience atau ketahanan adalah kemampuan untuk bangkit kembali setelah mengalami kemunduran. Ini seperti anti stres yang membantu kita mengelola dan mengatasi stres dengan lebih baik. Salah satu cara untuk membangun resilience adalah dengan memahami bahwa perubahan dan kejadian tak terduga adalah hal yang normal, bukan kesalahan kita atau karena kita tidak memiliki kemampuan.

8. Tetapkan tujuan yang realistis

Rasa frustrasi muncul ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencana atau keinginan kira. Terkadang, hal ini bisa terjadi karena ekspektasi kita tidak realistis, meskipun inspirasi dan ambisi penting untuk didorong, kita perlu memiliki selera yang sehat terhadap hal tersebut. Daripada menetapkan tujuan besar yang disertai dengan banyak tekanan mental, menetapkan tujuan-tujuan yang SMART : Specific (spesifik), Measurable (terukur), Achievable (dapat dicapai), Relevant (relevan), and Time-based (berbasis waktu) yang lebih kecil membantu membangun momentum serta meningkatkan perasaan puas.

9. Hilangkan Stresor

Jika rasa frustrasi disebabkan oleh masalah dalam hubungan, baik konflik, kegagalan hubungan, atau hasrat seksual yang tidak terpenuhi, berbicara dengan orang yang terlibat akan menjadi keputusan yang baik. Memberitahukan rasa sakit kita kepada orang lain akan membantu mengatasi masalah yang akan mengurangi rasa frustrasi serta membantu menemukan solusi untuk masalah tersebut. Menemukan alternatif lain untuk meningkatkan keuangan dan mendelegasikan tugas bila diperlukan juga dapat digunakan untuk mengurangi rasa frustrasi.

Jika dirasa hal-hal tersebut masih tidak membantu dalam mengatasi rasa frustrasi, mungkin sudah saatnya untuk mencari pertolongan dari tenaga profesional. Segera hubungi konselor spesialis Selalu Ada Harapan melalui bit.ly/pusatkonselingspesialis

Ditulis oleh Elyshianna Suganda, S.Psi

Referensi:

  • Jernis, Irving L., George F. Mahl, Jerome Kagan, & Robert R. Holt. 1969.Personality: Dynamics, Development, and Assessment. New York:Harcourt, Brace, & World

  • https://www.berkeleywellbeing.com/frustration.html

  • https://www.australiacounselling.com.au/frustration-signs-causes-effects-and-how-to-deal/

Previous
Previous

Parenting Tips: Pola Asuh yang Baik 

Next
Next

Kesehatan Mental Sandwich Generation